Sunday, November 7, 2010

Wong Ndeso(?)

Ndeso itu buang sampah sembarangan dan banyak wong ndeso di Jakarta yang suka buang sampah sembarangan.

Saya mikir ketika membaca tulisan itu. Apa hubungannya buang sampah sembarangan dengan ndeso? Apa sesuatu yang ndeso itu sudah pasti yang jelek? Dan semua yang jelek-jelek itu sudah pasti ndeso? Kok kesannya sangat tidak adil dan mendiskreditkan desa begitu. Memangnya apa yang salah dengan menjadi orang desa? Toh cuma perbedaan nasib dan kesempatan saja ada yang dilahirkan di kota, ada yang dilahirkan di desa, ada yang dilahirkan di Amerika, ada yang dilahirkan di Surabaya. Kita toh gabisa minta mau dilahirkan dimana, di keluarga macam apa, dan dalam kondisi seperti apa. Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa dengan hikmah di balik setiap keberadaan kita. Oke, mulai sok bijak.

Tapi intinya, saya heran. Apa masalahnya dengan status orang desa? Saya tidak malu mengakui bahwa saya orang desa. Kampung saya nun jauh di sana kota kecil terpelosok penghasil ikan di pinggiran selat Malaka yang bahkan namanya belum pernah terdengar oleh kalian. Terus kenapa? Apa dengan menjadi orang desa berarti berstatus lebih rendah dari orang kota?

Masalah kebersihan lingkungan begini menurut saya gak ada hubungannya sama status wong ndeso atau warga kota. Ini cuma masalah kepedulian, yang justru semakin jarang ditemukan di kota-kota besar.

Balik ke masalah wong ndeso, mungkin benar, tingkat pengetahuan sebagian besar orang-orang desa lebih rendah dari pada orang kota. Namun itu bukan berarti mereka bodoh dan ga peduli. Apalagi dengan tuduhan “buang sampah sembarangan itu ndeso”. Ada bukti apa sungai-sungai di Jakarta sono dicemari oleh para wong ndeso? Lo kate Jakarta doang yang punya sungai? Sebanyak itu sungai-sungai lain, tapi kok yang sering kebanjiran Jakarta mulu ya. Di desa-desa apalagi. Kagak pernah nonton TV lo liat noh sungai dan perairan-perairan lain yang ada di desa malah jauh lebih bersih dan jernih daripada sungai-sungai di Jakarta. Trus apa? Yang tinggal di desa itu orang-orang kota? Ngik-ngok..

Sangat tidak adil kan menilai seseorang hanya dari tempat asalnya, desa atau kota. Gara-gara persepsi umum terhadap wong ndeso dan orang kota sih ya. Wong ndeso ya nganggap orang kota itu biasanya kaya, cakep, penampilan oke, dan pintar. Begitu juga sebaliknya, orang kota nganggapnya wong ndeso itu kurang mampu secara ekonomi, ga gaul, norak, penampilan seadanya, dan memiliki tingkat intelektualitas dan intelegensi yang rendah. Padahal tidak begitu kenyataannya. Siapa bilang orang desa ga ada yang tajir, gaya oke, cakep, dan berintelegensi tinggi. Dan liat pula realitas orang-orang  yang tinggal di kota yang cukup banyak menyajikan kemiskinan dimana-mana. Atau bahkan orang-orang kota yang walau sudah sekolah tinggi, ngakunya kaum intelek, punya rumah gedong dan kemana-mana naik mobil mahal, tapi masih juga buang sampah sembarangan.

Gak bisa dipungkiri memang sekarang ini sebutan wong ndeso itu sering banget dipake dan terkesan sangat menyepelekan. Tapi jangan lupa dibalik remehnya sebutan wong ndeso itu masih tersimpan pandangan baik juga tentang sifat-sifat baik orang-orang desa yang lugu, ramah dan baik hati.


Yo wis ben wong arep ngomong opo

Yo wis ben aku ini memang wong ndeso

Yo wis ben arep ngomong empat mata

Yo wis ben sing penting ora kalah karo wong kota

Puas? Puas?


Tukul Arwana

No comments: